Monday, July 4, 2016

@Edelweiss (2)


The Legend of Edelweiss Flower (2)
(re post )

Setiap bunga memiliki cerita, begitu juga dengan Edelweiss, bunga bintang kecil  cantik, yang tumbuh nun jauh di ketinggian ini, juga tak lepas dari legenda yang bercerita tentang makna dan keindahannya, berikut adalah legenda yg bercerita tentang bunga ini. Apapun cerita atau legendanya, pasti ada makna baik dan indah di dalamnya,  yang tentunya akan berguna bagi kehidupan kita, jika saja kita bisa lebih memaknainya.



The legend of Edelweiss Flower (2)

LONG ago, when the flowers first woke to life on this dear earth, each chose where it could live as it chose, too, the color of its petals. 

"I will cover the ground and make the bare soil gay with green blades," cried the grass.

"I will live in the fields and by roadsides," laughed the daisy.

"Me, too," echoed the buttercup, the cornflower, the poppy, and the clover.

"Give me the ponds and the lakes," the water lily called.

"And let us have the streams and the marshes," begged the irises, cowslips, and Jacks-in-the-pulpit.

"We love the shaded, ferny woodland spots," lisped the shy forget-me-nots and wood-violets.

"And we wish to be petted in gardens," declared the rose, the pansies, the sweet williams, the holly hocks.

"I love the warm dry sun — I will go to the sandy desert," said the cactus.


So all places except the bare ridges of high mountains were chosen. To these, no flower wished to go. "There is not enough food there!" the daisy explained. "There is not enough warmth! There is not enough food!" all decided. " It is so bare and chilly! Let the gray moss go and cover the rocks," they said. But the moss was loath to go.

"When one cannot live without moisture, warmth, nourishment — when one must have petting or live in a garden, surely the bleak places of the mountains must do without flowers! How foolish it would be to try to make the ragged, bare mountain-tops lovely! Let the gray moss go — he has not yet chosen!"

So the gray moss went up the high mountains because he was told to go. He climbed over the bare rocks beyond the places where forests ceased to grow. All was desolate and silent up there. Up higher and higher crept the gray moss. It went even above the clouds where the ragged rocks were covered with ice and snow.

There it stopped short in amazement, for it found a quiet star-shaped flower clinging to the crags and blossoming! It was white like the snow around it, and its heart was of soft yellow. So cold was it up there that the little flower had cased its leaves in soft wool to keep warm and living in the bleakness.

"Oh!" cried the gray moss, stopping short. "How came you here where there was no warmth, no moisture, no nourishment? It is high above the forests, high above the clouds! I came because I was sent.


Who are you?" Then the little starry flower nodded in the chill wind. "I am the edelweiss," it said. "I came here quietly because there was need of me, that some blossom might brighten these solitudes."

"And didn't they tell you to come?" "No," said the little flower. "It was because the mountains needed me. There are no flowers up here but me."


The edelweiss is closer to the stars than the daisy, the buttercup, the iris, or the rose. Those who have courage, like it, have found it high above the clouds, where it grows ever gladly. They call it Noble White — that is its name, edelweiss! Love, like the edelweiss, knows not self-sacrifice.




Legenda bunga Edelweiss (2)

Dahulu kala, ketika bunga pertama tercipta di kehidupan, di bumi tercinta ini , masing-masing bunga boleh memilih, dimana bunga tersebut akan tinggal, hidup dan tumbuh, juga boleh memilih warna kelopak sesuai dengan keinginan bunga-bunga tersebut.

 "Aku akan menutupi tanah dan membuat segar tanah kosong dengan warna hijauku , " teriak rumput .

"Saya akan tinggal di ladang dan di pinggir jalan, " tawa Daisy .

"Aku juga, " teriak buttercup, the cornflower, the poppy, dan clover

"Berikan kolam dan danau untukku, " pinta teratai air  .

"Dan marilah kita miliki sungai dan rawa-rawa, " iris pun mengajak, cowslips, Jacks-in-the-pulpit. 

"Kami mencintai bayangan dan bintik-bintik hutan ferny, " kata putri malu dan wood-violets. 

"Dan kami ingin mempercantik dan bersantai di kebun, " kata mawar, pansies, the sweet williams, dan the holly hocks.

"Saya suka sinar matahari yang kering dan hangat, aku akan pergi ke gurun pasir, " kata kaktus .



Jadi semua tempat sudah dipilih, kecuali tempat terbuka di pegunungan tinggi, tidak ada bunga yang ingin tinggal dan hidup disana.


"Tidak ada cukup makanan di sana ! Daisy menjelaskan " Tidak ada cukup kehangatan ! Tidak ada cukup makanan ! ", " Disana  begitu terbuka dan dingin ! biarkan saja lumut abu-abu pergi dan menutupi batuan  disana, " kata mereka. Tapi lumut pun ternyata enggan untuk pergi kesana.

"Ketika seseorang tidak bisa hidup tanpa air, tanpa kehangatan  dan tanpa makanan - ketika  harus memiliki binatang peliharaan atau tinggal di taman, pasti di tempat suram pegunungan seperti itu tidak ada bunga. Betapa bodohnya jika puncak-puncak gunung yang indah terlihat  compang-camping,  Biarkan lumut abu-abu itu yang pergi kesana, karena dia belum memilih" !

Maka lumut abu-abu itu pun naik ke gunung tinggi, karena ia diperintahkan untuk pergi . Dia memanjat batu-batuan telanjang, jauh  dari tempat di mana hutan berhenti tumbuh, suasana begitu sunyi dan sepi di sana . Lumut abu-abu itu pun terus merayap ke tempat yg lebih tinggi . Ia bahkan merayap ke tempat di atas awan, dimana batu-batuan terlihat compang-camping hanya ditutupi es dan salju

Namun tiba-tiba lumut abu-abu itu berhenti sejenak, dia kaget dan takjub, karena menemukan bunga berbentuk bintang yang sedang mekar dan dengan tenang menempel ke tebing yg tinggi , bunga itu warnanya putih seperti salju disekitarnya, dengan kepala bunga  berwarna kuning lembut .

Ternyata di tempat yang dingin dan suram tersebut, ada bunga kecil yang telah tinggal disana, dengan daunnya yang seperti wol yang lembut, yang dapat menjaganya  untuk tetap hangat. .

" Oh! " teriak lumut abu-abu , berhenti singkat . " Bagaimana kamu bisa datang ke sini,  di sini tidak ada kehangatan, tidak ada uap air, dan tidak ada makanan ? Tempat ini begitu tinggi, jauh diatas hutan, jauh tinggi di awan !  , Aku datang karena aku dikirim, dan kamu siapa ? "

Kemudian bunga bintang perlahan  mengangguk tertiup angin dingin . "Aku lah edelweiss , " jawabnya . ", aku datang ke sini dengan senang hati, karena aku memang ingin tinggal disini, aku berharap dengan bermekarannya bungaku ini, mungkin akan dapat mencerahkan kesunyian di tempat ini,


"Jadi kamu datang ke tempat ini bukan karena mereka menyuruhmu ?

"Tidak," jawab bunga kecil itu. Aku datang ke tempat ini, karena pegunungan membutuhkanku. Tidak ada bunga lain di sini kecuali aku."


Bunga Edelweiss kini lebih dekat dengan bintang-bintang saat malam, dibandingkan dengan bunga daisy, buttercup, iris, atau mawar. Orang-orang yang memiliki keberanian mencapai ketinggian seperti itu, akan  menemukan edelweiss,  tinggi di atas awan, di mana Edelweiss hidup dan tumbuh dengan senang hati. Mereka menyebutnya Noble White, Edelweiss bunga yang melambangkan cinta dan pengorbanan,


( begitulah .., cinta yang tulus itu tak perlu diminta, dia akan datang dengan sendirinya, dia berani berkorban, seperti Edelweiss, yang datang ke ketinggian dengan tulus dan senang hati, hanya karena Edelweiss tahu gunung membutuhkannya..., dan dengan cintanya yg tulus.., kecantikan Edelweiss telah mencerahkan kesuraman dan kesunyian di pegunungan.. di ketinggian..., it’s so touch and sweet story 4me..)


Notes : 
Bagi yang kurang suka tantangan di ketinggian pegunungan, untuk mendapatkan bunga Edelwiess bisa dengan menanamnya, tipsnya dan rekayasa ekosistemnya, bisa baca link berikut :tips for growing edelweiss


Ēderuwaisu hana ga utsukushī
Hp@rumahbungaku-Legenda bunga Edelweiss(2)